Kamis, 23 Februari 2012

Makna Sumpah Pemuda


SUMPAH Pemuda, yang diikrarkan  para  pemuda yang tergabung  dalam berbagai ‘joung’ pada 28 Oktober 1928 ikut menandai sejarah perjalanan bangsa ini.Semangat baru ini dikobarkan para pemuda di tengah masa penjajahan. Tujuannya satu, mencapai cita-cita kemerdekaan.
Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah “benang merah” sejarah perjuangan untuk mencapai Indonesia yang berdaulat.
Aneka peristiwa mewarnai pejuangan tiga tonggak sejarah itu. Antara periode tersebut selalu ditandai dengan semangat perjuangan dengan mendepankan persatuan,  kesatuan dan tujuan kemerdekaan. Pada saat itu, orang berbicara tentang pentingnya kesatuan, karena melihat kondisi  kehidupan masyarakat terpecah-pecah oleh kolonialisme Belanda.
Saat dicetuskan, Sumpah Pemuda didasari keinginan memiliki satu bangsa, satu bahasa dan tanah air. Tak ada tercetus niat membentuk satu negara, karena penjajahan menjadikan niat ini sebagai satu hal “tabu” dan terlarang.
Ketika akhirnya terbentuk negara Indonesia pada 1945, kemudian putaran sejarah hingga 1949, nasionalis dan patriotisme kita sangat tinggi. Lalu, saat memasuki  1950-1959 , era dan semangatnya sudah  berbeda. Pada masa ini kita mengalami krisis kesatuan dan kebangsaan. Inilah era, yang dalam bentangan sejarah bangsa disebut masa demokrasi-liberal. Ini ditandai dengan berbagai pemberontakan daerah dan mengakar kuatnya partai politik.
Lalu, ada masa-masa yang dilalui dari era demokrasi terpimpin, orde baru hingga reformasi. Rentang waktu sejarah perjalanan bangsa Indonesia sudah cukup panjang.
Saat kini, kita merenungi kembali makna Sumpah Pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Tapi, apakah ikatan kita sebagai sebuah bangsa sudah kuat dan kokoh. Ini perlu jadi renungan para tokoh bangsa.
Ketika tanah air ini aman-aman saja, apakah semangat nasional jadi luntur, semangat kebangsaan ikut memudar?
Demokrasi yang kita jalani sekarang bisa memberikan berbagai dampak positif dan negatif, apabila  tak diikuti dengan kesadaran semangat kebangsaan yang tinggi.
Tentu saja demokratisasi tidak membuat kita terpecah. Mungkin, terpecah dalam suatu pandangan dan sikap politik, jangan sampai merembes pada rasa nasionalisme dan kebangsaan.
Tidak ada demokrasi tanpa nasionalisme. Juga sebaliknya. Apakah bisa  demokrasi menguat saat nasionalisme akan luntur?
Nasionalisme dan kebangsaan kita tempatkan pada satu posisi, demi keutuhan bangsa dan negara. Demokratisasi kita jadikan alat perjuangan untuk memujudkan harapan-harapan yang dicitakan untuk mencapai kemakmuran.
Semangat dan jiwa Sumpah Pemuda perlu digelorakan kembali dalam jiwa kaum muda sekarang. Masa depan bangsa ini terletak pada etos kerja dan semangat kaum muda.
Dalam sejarah bangsa manapun di dunia , kaum muda tetap menduduki posisi penting pada setiap perubahan tatanan sosial. Ini juga terjadi di Indonesia.
Arah dan perjuangan bangsa terletak pada sikap kritis dari kaum muda.
Perbaikan keadaan yang buruk tertumpu pada kaum muda. Akan lebih tragis jika kaum muda terpengaruh dan menuruti jejak keadaan bangsa yang memburuk. Ini tak kita kehendaki. Kaum muda adalah harapan seluruh warga, sama dengan harapan di masa lalu, saat Sumpah Pemuda dikumandangkan.
Gelora dan semangat kaum muda juga dituntut di masa sekarang, tapi dalam bentuk lain, dengan tujuan memperbaiki kondisi ekonomi bangsa dan menyejahterakan rakyat.
Berjuanglah wahai pemuda…![]

Makna Sumpah Pemuda Mulai Dilupakan
Hari ini merupakan tahun ke-80 didengungkanya Sumpah Pemuda. Namun hal yang disayangkan adalah generasi muda Indonesia banyak yang tidak mengerti makna dari sumpah pemuda. Bahkan sebagian generasi masa kini tak hafal dengan poin-poin sumpah pemuda yang lahir dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928.
Yuni, misalnya. Mulut wanita ini seolah menjadi kaku saat ditanya butir-butir sumpah pemuda. Pun demikian dengan Dinop. Dia harus mengingat lama tapi tetap juga tak bisa hafal. Niken juga tidak tahu. Bahkan dia harus bertanya pada temen di sebelahnya.
Banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia untuk memperingati hari bersejarah ini, diantaranya seperti mahasiswa dimakasar dan juga Jogja yang memperingati sumpah pemuda dengan demonstrasi, Di Surabaya, Jawa Timur, momentum peringatan Sumpah Pemuda digunakan sejumlah mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surabaya dengan menggelar aksi di dalam kampus. Dalam pernyataan sikapnya, pengunjuk rasa menyoroti masih terbatasnya peran dan posisi mahasiswa dalam pengambilan kebijakan kampus. Selain itu, mereka juga menolak adanya komersialisasi kampus dan meminta adanya kebebasan berserikat dan berekspresi bagi mahasiswa.

Ada beberapa hal yang bisa kita petik hikmahnya dibalik rangkaian kegiatan memeperingati hari Sumpah Pemuda :
1. Sumpah Pemuda disebagian besar masyarakat hanya dianggap sebagai pelajaran sejarah saja sehingga tidak ditanamkan dalam jiwa masing2 penghayatanya.
2. Banyak masyarakat yang belum paham makna dari sumpah pemuda
3. Sumpah pemuda selalu diidentikkan dengan jiwa pemberontakkan.

Sungguh amat disayangkan, kondisi pemuda sekarang ini. Bagaimana mereka mau mengamalkan Bhineka Tunggal Ika sedangkan pada satu almamater universitas saja mereka saling bermusuhan.

Untuk kembali menyegarkan ingatan Kita, kembali baca dan pahamilah isi dari teks sumpah pemuda dibawah ini :

POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA.

Kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia jang diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan, dengan namanja: Jong Java, Jong Sumatranen Bond (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen Pasoendan, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia;
membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 October tahoen 1928 dinegeri Djakarta;
sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi;
sesoedahnja menimbang segala isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
kerapatan laloe mengambil poetoesan:

PERTAMA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

KEDOEA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

KETIGA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia;
mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja:
kemaoean
sejarah
bahasa
hoekoem-adat
pendidikan dan kepandoean;
dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar